Behind The Shot : Sendang Bidadari, Air Terjun Dibalik Gua
April 20, 2016 by xenovon
Sekedar memperlihatkan hasil foto mungkin sering dilakukan orang, sering kita lihat di social media, forum dsb. Tapi menceritakan bagaimana sebuah foto diambil? Itu yang saya lakukan di tulisan ini. Foto dibawah ini yang akan diceritakan bagaimana mulai dari pengambilan gambar, dan post-processingnya.
Air Terjun Sendang Bidadari
Baturraden berlokasi di kaki Gunung Slamet bagian selatan,ini merupakan tempat saya tinggal. Daerah ini bisa dibilang dikelilingi wisata alam, air terjun, hutan dan taman-taman botani. Mungkin karena pemerintah daerah tidak terlalu serius mengelola dan mempromosikannya, tempat wisata disini memang bukan tempat wisata skala nasional, seperti Bali atau tempat lainnya. Obyek wisatanya rata-rata berjarak 10-30 menit dari tempat saya tinggal.
Salah satunya adalah air terjun Sendang Bidadari. Obyek ini relatif baru, dan sedang popular dikalangan orang lokal. Tempatnya ternyata sangat dekat dengan tempat saya tinggal, berlokasi di desa tetangga dan mungkin hanya butuh waktu 5-10 menitan dengan motor.
Dalam satu kompleks obyek wisata ini itu ada beberapa air terjun, Sendang Bidadari salah satunya dan relatif kecil dibanding air terjun yang lain. Namun yang unik adalah lokasi air terjunnya tersembunyi, ada dibalik gua kecil. Saya jalan kesana hari sabtu, tanggal 15 April 2016, bersama sepupu.
Pengambilan Gambar
Sebelum bisa mengambil gambar, saya mesti menunggu sekitar 30 menitan disana. Saat itu masih ada pengunjung lain yang sedang mandi dan foto-foto diujung gua. Waktu tunggu ini digunakan untuk mempersiapkan tripod dan kamera, sambil mencari angle yang bagus.
Yang sulit disana adalah hampir tidak ada tempat kering. Batu-batu licin dan basah, angin selalu berhembus kearah pintu masuk gua, membawa titik air dari air terjun. Membuat basah kamera dan baju. Belum lagi resiko adanya banjir, mengingat pada saat itu sedang mendung dan gerimis.
Berhubung kamera saya tidak dilengkapi weather sealing, dia perlu mendapat perlakuan khusus supaya tidak basah. Yang terpikir saat itu adalah diselimuti kantong kresek dan handuk. Tidak terlalu elegan, namun efektif.
Kaca depan kamera juga harus selalu dibersihkan secara konstan, karena selalu dipenuhi dengan titik air. Digambar bisa dilihat, kamera ditempatkan di tengah-tengah sungai. Tripod ditenggelamkan ke air. Bersyukur tripodnya kuat menahan arus air. Jika sampai jatuh, dompet saya bisa nangis-nangis.
Alat yang dipakai
- Fujifilm XM-1 + XC 16-50 F3.5 – 5.6 OIS
- Tripod
- Filter CPL – untuk mengurangi refleksi di batu-batu dan meredupkan cahaya, sekaligus melindungi lensa depan dari air.
- Kresek dan Handuk (Wajib)
Komposisi
Saya mengambil sudut dari mulut gua, pada posisi lebih rendah dari eye-level. Menghadap ke gua dan memperlihatkan air terjunnya di ujung gua lainnya. Air terjun ini yang dijadikan sebagai POI, dengan dinding, langit-langit dan dasar gua sebagai framenya, frame yang sangat tebal.
Dalam komposisinya, sebisa mungkin diatur supaya frame mengarahkan mata ke POI, yakni air terjun. Air terjun juga diposisikan agak ke kiri, sesuai aturan sepertiga. Penggabungan exposure membuat perspektif gambar menjadi seperti 2 dimensi, jadi keberadaan leading lines menjadi penting. Leading Lines digambarkan di bawah ini.
Exposure
Ada beberapa bagian yang mesti bisa terlihat jelas.
- Dinding dan langit-langit gua
- Air terjun
- Aliran air di dasar gua
Mengingat tingkat intensitas cahaya didalam gua dengan di air terjun sangat signifikan bedanya, kamera tidak bisa menangkap semuanya dalam satu gambar. Pengambilan gambar paling tidak membutuhkan 3 exposure . Pertama untuk memperlihatkan dinding, kemudian air terjun dan ketiga adalah aliran air dasar gua. Lalu digabungkan pada saat post processing.
Saya mengambil banyak gambar pada saat itu, sekitar 23 gambar dalam format raw, dengan posisi yang sama. Banyak karena untuk memastikan paling tidak ada gambar yang benar-benar bagus. Dan ternyata itu tidak salah, Banyak gambar tidak bisa dipakai karena terlalu banyak percikan air di lensa. Kalau hanya mengambil 1-2, maka banyak peluang gambar tersebut tidak bisa dipakai.
Saya memilih 3 hasil gambar yang paling bagus. Tidak sempurna, tapi bagus. Yakni :
Memang bentuknya masih kacau, perlu sedikit banyak sentuhan photoshop. Kita ke chapter selanjutnya
Post Processing
Ini hal yang paling penting. Untuk editing saya menggunakan :
- Adobe DNG Converter, untuk konversi format RAF (Raw Fuji) menjadi DNG.
- Photoshop CC 2014
- Nix Collection
Belakangan saya sering menggunakan Nix, software editing yang di akuisisi oleh google, dan belum lama ini digratiskan. Dibandingkan photoshop, noise reduction dan sharpener milik Nix jauh lebih baik. Noise bisa benar-benar menjadi minim dengan Nix. Efek HDR Nix jauh lebih usable dibandingkan dari photoshop. Efek-efek yang tersedia disana juga menarik.
Langkah pertama adalah menggabungkan gambar 1 dan gambar 3 dengan menggunakan HDR Efek Pro 2 dari Nix. Dihasilkan gambar seperti dibawah.
Yip, masih kacau juga. Walau dinding dan langit-langit gua bisa dirender dengan baik, namun air terjun dan lantai guanya benar-benar off.
Untuk mengatasi ini, saya menambahkan bagian yang off itu secara manual. Lantai gua ditambahkan dari gambar 2. Gambar 2 di crop, dan di tempatkan diatas gambar hasil HDR.
Tentunya dengan sedikit penyesuaian warna, kontras dan banyak pemakaian eraser tool agar transisinya menjadi lebih halus.
Langkah selanjutnya adalah giliran air terjun yang mendapatkan perlakuan. Saya mengambil gambar air terjun dari gambar 1, dan di tempel ke hasil HDR.
Sama seperti sebelumnya, penyesuaian level, kontras dan eraser tool agar semuanya menjadi smoooth. Kalau dijelaskan mungkin terlihat simple, tapi seperti ini butuh banyak trial error, sebelum bisa benar-benar mulus.
Langkah keempat adalah membuat batu yang dekat dengan air terjun lebih terang, karena terlihat under exposure karena efek langkah ketiga. Dan juga menghapus noda air yang ada di kiri gua.
Untuk menghapus noda air, saya menggunakan gambar dinding gua lainnya yang tidak ada noda airnya. Jadi ini gunanya mengambil gambar banyak sekaligus.
Langkah terakhir adalah finishing. Kali ini saya menggunakan Color Efek Pro, untuk merubah suasana warna foto. Difoto ini, warna merah agak dikurangi supaya tonalnya lebih cold. Dan kontrasnya ditingkatkan.
Dan viola, gambar tinggal di export dan di pajang di ruang keluarga. Total waktu yang dibutuhkan untuk mengedit gambar itu sekitar 2 jam. Menghasilkan file PSD dengan ukuran 533 MB, worthed.
Gambar juga tersedia di 500px. Foto ini bukan untuk digunakan selain di blog ini, jika ingin menggunakan foto ini untuk untuk hal lain, silahkan hubungi saya dulu lewat email komputok@gmail.com. Atau bisa dipertimbangkan membeli langsung lisensinya di 500px.
Leave a Reply